Rabu, 22 November 2017

Permenkes no 80 Tahun 2013 dan Permenkes no 65 Tahun 2015

                                                                  Permenkes no 80 Tahun 2013
                                         Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Fisioterapi


(Pendidikan dan Wewenang dilihat dari Jenjang Pendidikan) 


BAB II PERIZINAN
 Bagian Kesatu
Kualifikasi Fisioterapis

Pasal 3

(1)  Berdasarkan   pendidikannya   Fisioterapis   dikualifikasikan   sebagai berikut:

a. Fisioterapis Ahli Madya;
b. Fisioterapis Sarjana Sains Terapan;
c. Fisioterapis Profesi; dan
d. Fisioterapis Spesialis.

(2)  Fisioterapis Ahli Madya sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 huruf a merupakan  lulusan Program Diploma        Tiga Fisioterapi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3)  Fisioterapi Sarjana Sains Terapan sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 huruf b merupakan lulusan Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan  Fisioterapi  sesuai dengan  ketentuan  peraturan  perundang- undangan.

(4) Fisioterapis Profesi sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 huruf c merupakan   lulusan   Program   Profesi   Fisioterapi   sesuai   dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5)  Fisioterapis  Spesialis  sebagaimana  dimaksud  pada  Pasal 1 huruf  d merupakan lulusan Program Spesialis Fisioterapi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.



Bagian Ketiga SIPF dan SIKF
Pasal 6

(1)  Fisioterapis  dapat menjalankan  praktik pelayanan  Fisioterapi secara mandiri atau bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

(2) Fisioterapis yang menjalankan praktik pelayanan Fisioterapi secara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus merupakan Fisioterapis Profesi atau Fisioterapis Spesialis.

(3)  Fisioterapis Ahli Madya atau Fisioterapis Sains Terapan hanya dapat bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

(4)  Fisioterapis Ahli Madya atau Fisioterapis Sains Terapan sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (3)   harus   bekerja   di   bawah   pengawasan Fisioterapis Profesi atau Fisioterapis Spesialis.

(5)  Dalam   hal   tidak   terdapat   Fisioterapis   Profesi   atau   Fisioterapis Spesialis,  Fisioterapis  Ahli  Madya  atau  Fisioterapis  Sains  Terapan dapat melakukan Pelayanan Fisioterapi secara berkolaborasi  dengan tenaga  kesehatan  lain  yang  ada  di  Fasilitas  Pelayanan  Kesehatan tempat Fisioterapis Ahli Madya atau Fisioterapis Sains Terapan yang bersangkutan bekerja.



 Permenkes no 65 Tahun 2015
Tentang Standar Pelayanan Fisioterapi 

 ( Pelayanan Fisioterapi di Berbagai Tempat) 


BAB II 
PENYELENGGARAAN PELAYANAN


A.    Cakupan Pelayanan

Keberhasilan program pelayanan kesehatan tergantung berbagai faktor baik sosial, lingkungan, maupun penyediaan kelengkapan pelayanan/perawatan dimana fisioterapi memiliki peran yang penting dalam program pelayanan kesehatan baik di tingkat dasar maupun rujukan.
Dalam pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer), fisioterapis dapat terlibat sebagai anggota utama dalam tim, berperan dalam pelayanan kesehatan dengan pengutamaan pelayanan pengembangan dan pemeliharaan melalui pendekatan promotif dan preventif tanpa mengesampingkan pemulihan dengan pendekatan kuratif dan rehabilitatif.
Pada pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, fisioterapis berperan dalam perawatan pasien dengan berbagai gangguan neuromuskuler, musculoskeletal,  kardiovaskular,  paru,  serta  gangguan  gerak  dan fungsi tubuh lainnya. Fisioterapis juga berperan dalam pelayanan khusus dan kompleks, serta tidak terbatas pada area rawat inap, rawat jalan, rawat intensif, klinik tumbuh kembang anak, klinik geriatri, unit stroke, klinik olahraga, dan/atau rehabilitasi.
Fisioterapi   musculoskeletal   antara   lain   orthopaedi,   cedera olahraga, dan kesehatan haji, melalui pendekatan antara lain dengan joint  manipulation,   soft   tissue   manipulative,   kinesio   tapping   and splinting, dan exercise therapy.
Fisioterapi neuromuskuler antara lain neurologi dan tumbuh kembang (anak/geriatri), melalui pendekatan antara lain bobath, proprioceptive neuromuscular fascilitation, feldenkraise, tickle manuver cough for cerebral palsy, dan dolphin therapy.
Fisioterapi kardiovaskulopulmonal antara lain jantung, paru, dan intensiv care, melalui pendekatan antara lain manual lymphatic drain vein, visceral manipulation, muscle energy therapy, basic cardiac  life support, dan berbagai terapi latihan baik individu maupun kelompok (misal tai chi, senam ashma, senam stroke).

Fisioterapi Integumen dan kesehatan wanita antara lain wound management, wellnes/spa, kecantikan.
Fisioterapis dalam melaksanakan praktik mandiri berperan dalam memberikan pelayanan fisioterapi tingkat pertama (primer) atau tingkat lanjutan, sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
Pelayanan fisioterapi dikembangkan dalam lingkup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dalam spektrum yang bersifat umum maupun kekhususan pada tingkat fasilitas pelayanan kesehatan:

1.    Pelayanan fisioterapi di Puskesmas
       Pelayanan  fisioterapi  di  Puskesmas  memberikan pelayanan kesehatan gerak dan fungsi tubuh kepada             individu dan/atau kelompok, yang bersifat umum dengan pengutamaan pelayanan pengembangan  dan               pemeliharaan  melalui  pendekatan  promotif dan preventif tanpa mengesampingkan pemulihan dengan               pendekatan kuratif dan rehabilitatif.
       Kegiatan promotif dan preventif termasuk skrining, memberikan  pengurangan  nyeri,  dan  program  untuk           meningkatkan fleksibilitas, daya tahan, dan keselarasan postur dalam aktifitas sehari-hari. Selain upaya               promotif dan preventif, fisioterapis juga memberikan layanan pemeriksaan, pengobatan, dan  membantu               individu  dalam  memulihkan  kesehatan, mengurangi rasa sakit (kuratif dan rehabilitatif). Fisioterapis                     memainkan   peran   dalam   masa   akut,   kronis,   pencegahan, intervensi dini untuk muskuloskeletal yang         berhubungan dengan pekerjaan cedera,   mendesain ulang pekerjaan individu, serta rehabilitasi, dan                     diperlukan untuk memastikan layanan/intervensi diberikan secara komprehensif dan tepat berfokus pada               individu, masyarakat dan lingkungan.

2.    Pelayanan fisioterapi di rumah sakit umum
       Pelayanan fisioterapi di rumah sakit umum sesuai dengan klasifikasinya memberikan pelayanan kesehatan           kepada individu untuk semua jenis gangguan gerak dan fungsi tubuh secara paripurna melalui pendekatan           promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

3.    Pelayanan fisioterapi di rumah sakit khusus
       Pelayanan fisioterapi di rumah sakit khusus sesuai dengan klasifikasinya memberikan pelayanan kesehatan         gangguan gerak dan fungsi tubuh tertentu sesuai dengan kekhususan pelayanan rumah sakit.

4.    Pelayanan fisioterapi di praktik mandiri
       Pelayanan fisioterapi di praktik mandiri memberikan pelayanan fisioterapi pada individu dan/atau kelompok           berupa pengembangan, pemeliharaan, pemulihan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan                   rehabilitatif sesuai dengan kompetensi fisioterapis.


Oleh : Mutiara Dwi Damayanthi (P27226017029)


Sumber : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Fisioterapi Pada Kasus Jamur Kulit

Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh seorang Fisioterapis dalam menangani kasus jamur kulit. Ini dikarenakan masyarakat memeriksakan pen...